Kamis, 02 Desember 2010

Individu dan Pembelajaran dalam Masyarakat


Membaca judul tulisan ini, penulis yakin pasti akan ada pro dan kontra berkaitan dengan pernyataan tersebut. Baik atau buruknya perilaku seseorang memang tidak dapat digeneralisir sebagai mutlak hasil dari bentukan masyarakat dimana ia tinggal, belum tentu seorang yang hidup di lingkungan agamis menjadi seorang yang dalam kesehariannya menunjukan sikap-sikap rohaniah, dan belum tentu juga seorang yang tiap hari bergaul dengan pencuri akan menjadi penghuni penjara. Semuanya memang dikembalikan lagi kepada individu masing-masing, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa faktor lingkungan sosial berpengaruh besar dalam membentuk sebuah individu, karena disinilah pembelajaran nilai-nilai mengenai baik-buruk, benar-salah, dosa-pahala, dan sebagainya berlangsung.
Proses belajar individu dalam masyarakat secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu internalisasi (internalization), sosialisai (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Ketiga proses tersebut sama-sama memiliki porsi yang besar dalam menciptakan kepribadian seseorang, kesemuanya merupakan proses yang pasti dilalui oleh seorang yang tergabung dalam sebuah kesatuan bernama masyarakat, dan proses-proses tersebut akan dilalui mulai dari kita lahir hingga kematian menjelang. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu mengenai proses-proses tersebut dan juga akan dijelaskan pentingnya menciptakan masyarakat yang baik untuk terciptanya individu-individu yang baik.
Proses internalisasi adalah sebuah proses panjang individu sejak ia lahir hingga ia meninggal, dimana ia belajar untuk menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan hasrat, nafsu, serta emosi yang kelak akan diperlukannya dalam kehidupan yang dalam perjalanannya dibantu oleh individu-individu lain disekitarnya. Manusia ibarat sebuah kertas putih tentunya mengharapkan kertas itu dilukis dengan indah, dan orang-orang disekitarnyalah yang punya peran dalam melukis kertas putih itu, jika kita sadar bahwa kertas putih itu adalah sebuah amanah Tuhan, maka kitapun akan melukisnya dengan indah, dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang universal sehingga tidak terjadi bias nilai.
Proses sosialisasi adalah sebuah proses belajar individu dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya mengenai pola-pola tindakan dalam interaksi antara dirinya dengan individu disekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial. Dalam hal ini individu belajar bagaimana berperilaku dengan cara bagaimana orang-orang disekitarnya bersikap kepadannya, dan dengan melihat perilaku orang-orang yang ada disekitarnya. Dengan kata lain, seorang yang diperlakukan penuh kekerasan oleh lingkungannya, maka akan ada sebuah kecederungan untuk menimbulkan trauma pada individu tersebut, dan itu akan dibawa selama masa hidupnya yang berdampak tidak hanya pada dirinya, tapi juga orang lain.
Proses yang ketiga, enkulturasi adalah sebuah proses dimana seorang mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam masyarakatnya. Disini terjadi sebuah permasalahan yang krusial, ketika individu itu hidup dalam lingkungan sosial yang baik tentu tidak menjadi sebuah masalah ketika ia harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, tapi akan menjadi sebuah masalah jika individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat yang tergolong tidak baik, nilai dan norma yang baik secara universal harus ia dobrak dalam rangka usahanya menyesuaikan diri dengan masyarakat tempat ia hidup.
Saya rasa sudah sangat jelas bagaimana sangat berperannya masyarakat dalam mencetak individu. Sebagai seseorang yang menghrapkan terciptanya sebuah masyarakat yang sehat tentunya kitapun harus sadar akan peran kita dalam membentuk manusia-manusia yang “putih”, karena itu adalah tanggung jawab kita bersama, kita sebagai masyarakat adalah sebuah kesatuan mekanis, yang jika rusak satu bagian, maka bagian lainnya pun akan terganggu.


Nopi Fajar Prasetyo
Mahasiswa Antropologi
Universitas Padjadjaran

2 komentar: