Kamis, 02 Desember 2010

Bersama Kita Makan!


Ratusan juta orang mederita kelaparan dan gizi buruk di seluruh dunia, jutaan orang ada di Indonesia dan mungkin sebagian dari mereka ada di sekitar kita. Apapun yang menjadi tolak ukurnya, kelaparan dan malnutrisi adalah hambatan yang paling besar bagi pembangunan kesehatan di sebagian besar Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Masalah gizi buruk disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari ketidakmampuan negara untuk menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, kebiasaan makan yang buruk, dan juga disebabkan oleh kepercayaan yang keliru akan hubungan antara makanan dan kesehatan.
Sebagai seorang pemuda tentunya akan terlalu jauh dan akan terlalu mengawang jika kita berbicara dalam tataran negara atau dunia, lebih baik kita berbicara dalam tataran yang lebih kecil untuk bisa berbuat sebesar mungkin dalam rangka berkontribusi dalam mengentaskan kelaparan dan kemiskinan. Satu hal yang bisa kita lakukan sebagai pemuda adalah dengan mengorganisasikan rekan-rekan sebaya kita untuk bersama-sama membentuk sebuah program community development di bidang kesehatan pada masyarakat yang terindikasi mengalami kelaparan dan malnutrisi. Ini bukanlah sesuatu yang abstrak, tapi sebuah hal konkrit yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama yang berada di sekitar kita dalam membuat mereka berdaya dan keluar dari ketidakberuntungannya dengan kekuatan yang mereka punya.
Community development adalah sebuah bentuk kegiatan kolektif yang dilakukan dengan tujuan sebuah masyarakat mencapai taraf kehidupan lebih baik lagi dalam usaha untuk membuat perut masyarakat terjaga dari rasa lapar dan tidak kekurangan nutrisi. Usaha pertama yang dapat kita lakukan adalah dengan melihat apakah disekitar kita atau di tempat yang lain ada sekelompok masyarakat yang harus berjuang melawan kelaparan setiap hari. Setelah kita mendapati sebuah fakta bahwa kelaparan sedang terjadi maka langkah selanjutnya adalah kita harus meyakinkan diri kita bahwa kita siap untuk berkontribusi bagi mereka, baiklah mari kita mulai pengabdian kita dari sini.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melihat bagaimana karakteristik masyarakat tersebut, bagaimana sifat, budaya, dan psikologis mereka nerkaitan dengan kesehatan, sehingga kita dapat mengetahui dimanakah posisi makanan dan nutrisi dalam kehidupan mereka (saya agak mengesampingkan faktor ekonomi karena menurut saya faktor ekonomi adalah sesuatu yang klise, ada pendekatan dengan dimensi lain yang menurut saya bisa dijadikan sebuah cara untuk mengentaskan kelaparan dan malnutrisi, yaitu dimensi sosiokultural). Setelah kita mengetahui bagaimana karakteristiknya, usaha selanjutnya adalah berusaha menyadarkan masyarakat tersebut bahwa ada sebuah masalah ataupun potensi masalah yang berhubungan dengan kesehatan mereka yang mengancam masa depan mereka di kemudian hari.
Setelah masyarakat sadar akan masalah yang sedang mereka hadapi maka langkah selanjutnya adalah membuat mereka mampu untuk memahami hubungan antara makanan dan kesehatan. Untuk mengatasi kelaparan, kita dapat menganalisa potensi alam apa saja yang ada disekitar mereka untuk mereka olah sebagai sumber pangan yang mampu mencukupi kebutuhan mereka, jikalau tidak ada maka kita dapat menjadi inisiator untuk mengaktifkan bentuk-bentuk pranata masyarakat yang mampu mencukupi kebutuhan itu, seperti contoh memberdayakan kelompok petani, dan mengaktifkan nilai-nilai budaya tentang tepo seliro, guyub rukun, gotong royong sebagai sebuah aspek kesetiakawanan sosial dalam aspek kesehatan, dan sebagainya sebagai sebuah model untuk menciptakan masyarakat yang saling menguatkan satu sama lain.
Kemudian untuk masalah malnutrisi, penyebab yang paling umum selain ketidakmampuan seseorang memenuhi asupan gizinya adalah karena kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Sebagian masyarakat berpikir bahwa makanan yang cukup cenderung ditafsirkan dalam rangka kuantitas, bukan kualitasnya, maka tak heran malnutrisi pun bisa terjadi di daerah yang sebenarnya memiliki cukup bahan pangan. Berdasar kepada hal tersebut maka kita dapat melakukan sebuah pemahaman bahwa bukan jumlah lah yang harus dicapai, tapi kebutuhan yang sesuai takarannya lah yang harus dicapai.
Masalah kelaparan dan malnutrisi dan usaha untuk mengatasinya telah diuraikan diatas, langkah terakhir yang harus kita lakukan adalah membuat masyarakat percaya kepada diri mereka sendiri bahwa mereka mampu untuk melihat bahwa ini bukanlah semata-mata akibat dari kemiskinan (pada zaman lampau pun manusia bisa hidup sehat dan jauh dari kelaparan tanpa uang), tapi ini adalah tentang bagaimana mereka mengoptimalkan alam dan masyarakat yang ada disekitar mereka untuk kehidupan mereka, dan didorong dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara makanan dan kesehatan, maka saya jamin masyarakat akan terbebas dari kelaparan dan malnutrisi.
Terakhir, sebagai pemuda, marilah kita bersama-sama lakukan hal-hal yang kecil untuk sebuah perubahan yang besar dalam kesehatan masyarakat, lebih baik menyelamatkan satu orang dari kelaparan dan malnutrisi daripada tidak sama sekali.


Nopi Fajar Prasetyo
Mahasiswa Antropologi
Universitas Padjadjaran

2 komentar: